23 Januari 2013

Teater :3


Waktu nemu gambar ini, rasanya bangga banget. Ternyata nggak sia sia juga saya pernah mengabdikan diri pada ekskul teater di jaman SMA. Ternyata Ikut teater itu punya segudang manfaat yang bakalan kita petik entah suatu hari nanti. Dan ini bener-bener kesempatan bagus untuk menggali sejuta ilmu hidup yang bakalan kta butuhin kelak dewasa nanti.

Untungnya saya masih nguat nguatin diri ikutan di ekskul semacam ini. Soalnya dalam mengurus organisasi ini nggak mudah banget. Ikutan satu ekskul teater udah berasa ikutan berpuluh puluh organisasi yang ada di samudra luas (?). Di sini kita dituntut untuk turut menguasai semua bidang yang ada. Misalnya waktu  kita persiapan pentas, pastinya kan butuh media promosi, nah untuk mendesainnya secara otomatis kita dituntut untuk menguasai ilmu desain dan gambar gambar (bahasa awam -____-), terus waktu kita pentas, otomatis kita harus masang masang latar tempat di panggung, ini berasa jadi arsitek sekaligus ahli Fengshui. Soalnya kita harus menata dan menyusun sebuah unsur panggung dan menyesuaikan keselarasan tata letak. Selain itu waktu kita mendalami dan mencari karakter saat memerankan tokoh dalam suatu pertunjukan, itu juga berdampak pada psikologi kita loh. Secara otomatis kita jadi bisa menerawang karakter orang orang di sekeliling kita, menerka pikiran mereka, membaca setiap gerik orang dan bahkan bisa lihat orang ini bohong apa nggak? Serius deh.

Tapi selain itu teater juga sering membuat saya menangis. menangisi kebodohan yang sangat fatal. Di teater kita bisa menemukan saudara, di teater juga bisa membuat kita bahagia, dan teater bisa membuat kita gila. Tapi percaya nggak, semua yang saya rasakan di teater, baik suka ataupun duka sangat memicu saya untuk menjadi seseorang yang berkarakter. Membuat saya bahagia dan menjadi lebih baik tentunya. :)

19 Januari 2013

-___-

Yang bosen nanggepin SMS sok nyasar nyasar


Sumber http://yeahmahasiswa.com/post/10228288589/balesan-sms-papa-minta-pulsa-yang-dramatis?fb_action_ids=493564074033552&fb_action_types=og.likes&fb_source=aggregation&fb_aggregation_id=246965925417366


12 Januari 2013

29 Ways to Stay Creative


Get cycle


Oke mereka sahabat sahabat saya. Sahabat ketika tergelaknya tawa, dan sahabat yang juga setia di kala duka. Yah, mereka sahabat sahabat saya, yang sekirannya mampu meredakan kegundahan hati, mengembalikan tawa ketika kesedihan telah merenggutnya, dan memberi titik temu akan setiap cobaan yang silih berganti

Mereka sahabat saya yang saya temukan dalam kebersamaan bersama ipasatu.Mereka segelintir makhluk yang membuat saya nyaman untuk berbaur bersama. Sekirannya mereka sahabat saya dalam mengarungi masa akhir kelas tiga di masa putih abu abu. 

Mereka sahabat yang mendewasakan saya, dan mereka pula yang mengenalkan saya pada sebuah kesabaranMereka yang membuat saya mengerti indahnya perbedaan. Mereka yang mengajarkan saya bagaimana tulusnya memaafkan. Mereka yang mengajarkan saya untuk tetap tersenyum ketika lawan datang dari barisan seberang. Mereka yang membuat sya tidak pernah merasa sendiri, dan mereka meniadakan alasan untuk bersedih. Mereka yang mengisi kosongnya hati dengan berbagai kasih dan sayang.


 

Hai hai, bertemu lagi di tahun 2013 dan ini posting saya yang pertama. Sebelumnya selamat tahun baru yaa *lihat kalender sono jes -_-*. Haha ._.
Kali ini aku mau post tentang salah satu kegiatan liburanku di bulan desember sebulan yang lalu. Selama liburan ini kan kita serasa jadi pengangguran sejati. Pelis dan ini sangat menyiksa kita yang udah terbiasa (ceilah) untuk menjadi siswa tingkat akhhir yang super cibuks, dan meyeyahkan. Tiba tiba dihadapkan pada liburan yang memaksa kita untuk menjadi pengangguran (sebenarnya sih banyak banget soal soal yang meronta minta dikerjain, karena dasar sayanya yang males jadi tak terjamah deh ._. muncullah istilah sok menganggurkan diri pengangguran).

Nah kita akhirnya mwencari kegiatan positif yang bisa bikin kita menjadi manusia seutuhnya. Ehem maksudnya kegiatan yang banyak memberikan manfaat bagi kita, utamanya tubuh ini. Nah kita pilih aja sepedahan ke alun alun yang berlokasi di pusat kota. Lumayan kan, setidaknya nanti pas masuk sekolah badan juga nggak kelihatan lemaknya #ups

Setelah itu kita cari taman dan kita mengabadikannya. Ini momen yang palingg saya suka. Setidaknya kelabilan saya memiliki wadah untuk tersalurkan #plak .










Setelah asik foto foto kita cari makan. Yang jualan orang Arab. Banyak sih karyawannya, tapi lama nget kalau melayani. Kita yang antri duluan dan udah bolak balik pesen sampek yang dipesen lupa, eh ternyata orang lain yang baru datang malah udah terlayani sempurna. Nah inilah gunanya kita belajar sabar. Untungnya dalam masa penantian yang super duper lama, ada mas mas, eh adik adik dings, kan baru kelas 2 SMA. Wajahnya arab, mirip AL anaknya Ahmad Dhani, suerr deh, menarik juga kalau dijadikan pemandangan sembari menunggu pesanan #plak. Mungkin semacam rejeki nemplok kali. Dan apakah kalian tahu? Si adek pake sarung men. Iya pake sarung. Entahlah mungkin dia habis Solat Subuh langsung ngantri beli nasi di sono.Entahlah, saya juga takjub lihat remaja jaman sekarang beli nasi aja pake sarung (entahlah takjub atau heran). 

Setelah nasinya jadi, kita coba icip icip satu sama lain. Maklum kita kan belinya beda beda biar bisa saling icip   -.-v .Saya kan pesen nasi Gudeg, Indani nasi Liwet, Alfi sama temennya Nasi pecel dan Resti Lontong Sayur.Pertamanya Indani sok sok ala presenter kuliner bisikin saya untuk nyicip nasi iwetnya dengan gayanya dia berkomentar

I       : “Rasanya, unik ini (padahal mau bilang aneh. Wkwk) gimna ya, manis tapi juga kecut (nah ini memperjelas kalau rasannya aneh).”

J        : “eh Iya, enak kok enak” (padahal juga mau bilang aneh, Cuma Indani bilangnya unik, nggak enak kan kalau sayanya bilang aneh, menjaga perasaan istilahnya -.-v)

Dan di akhir segment, ternyata saya tahu maksudnya Indani.

I          : “Eh bantuin dong. Kenyang nih.”

J          : “Ah sama aku yo kenyang ini.” (tapi juga berusaha bantuin Indani sesuap demi sesuap)

I          : “ kamu tahu nggak sebenernya aku mual banget makannya. Ada santennya sih, bayangin aja pengen muntah.” (emang dasarnya dia nggak kebiasa makannya bilang gitu, dan setelah dia bilang gitu musnah sudah niatan untuk membantu sesuap demi sesuap. Langsung deh cacing di perut berjoget disko)


Setelah itu masih ada saja cobaannya, ternyata seporsi harganya 6.500 matih mahal gila (ukuran siswa), mana uangku kurang. Untungnya masih dapet pinjaman uang -.-
Sedikit kesimpulan yang dapat kita tarik. Kalau misal kita nggak siap coba coba jangan maksa ya, jangan tergiur dengan rasa penasaran yang hanya menyesatkan. Kenali dulu jenis makanannya baru pesen, dan tanyakan dulu harganya, pas dompet apa nggak :p