Dan saya mau
posting tentang ulang tahun saya ke 17 pada tanggal 19 April silam ->
kesekian kalinya telat dan nggak ontime -_-“. Yuk mari kita flashback yuk *ogah
-> kaburrr*. Jadi ceritanya pada tanggal 19 April lalu kan aku udah 17 tahun
(tua) dan aku udah nggak bisa dan nggak pantas kalo dipanggil adek kecil. Aku
seharusnya udah dewasa *walau kadang ... keadaan memaksa untuk bertingkah
layaknya anak muda* -> apasih, seharusnya jadi lebih bijak memaknai hidup,
tapi aku belum bisa, aku masih berusaha nih untuk jadi yang lebih baik.
Back to the
topic, nggak kerasa ya aku udah segede gajah gini, nggak kerasa banget,
kayaknya baru kemaren masih dimandiin sama bapak barengan sama masku (sekarang
mandi sendirilah loh -> menegaskan), kemarin kayaknya masih makan disuapin,
kemarin kayaknya minum kalo nggak pake dot itu nggak afdol, kemaren rasanya
masih sering diajak jalan jalan (sekarang serasa terpuruk di rumah, jarang
jalan jalan -> sadis), dan sekarang aku udah nggak layak banget ngelakuin
hal hal semacam itu. #gobrakmeja
kayaknya kemaren baru aja kecil mimut mimut juga, sekarang udah jadi segini *ngaca* ƪ(˚▽˚)ʃ
masa depann
\(´▽`)/ |
Ngaco |
|
Amin dehhh
(^人^)
Dan kemaren
(tepatnya bulan kemaren) aku udah berdiri dengan lilin 17, dan ada hal menarik
loh di usiaku yang tak lagi belia, ini tentang rencana busuk yang telah
diprogram sama temen temenku yang care abis, yang peduli abis, siapa lagi kalo
bukan AINUN -> selaku profokator, NENI, RESTI dan ALFI. Tapi naas rencana
itu hanya sebatas rekaan yang ternyata udah terbongkar sebelum dijalankan.
profokatornya
(" `з´)_,/*(x,☉") |
Ceritanya hari
itu hari Sabtu, suasana hening, damai tenang, sekitar ba’da Maghrib aku masih
asyik menyaksikan tayangan yang menari nari menghiburku, rasanya aku udah nggak
mau terpisah dengan ranjang yang tengah memanjakan, dan saat itu aku baru aja
pulang les, nggak mau buka buku dulu. Nah tiba tiba ibuku masuk dan membuyarkan
segala kedamaian yang telah tercipta, beliau pengen ngajak aku foto buat
perbarui KTP, dan tanpa komando aku langsung aja bilang iya tanpa peduli lagi
rasa letih yang sedang menyerang. Setelah aku berdandang lengkap, aku ambil
kontak dan mengendalikan motor dengan khidmat, ehh baru 10 meter aku melangkah,
aku lihat segerombolan (4 orang doang woooy) temenku yang berarah menuju
rumahku, aku agak heran soalnya ini pasangan pertama merupakan pasangan yang
sebelumnya tidak saling kenal (beda kelas) tapi mereka sama sama temenku, waktu
aku mngenali mereka, rasa bengong plus ngelamun enggan bergeming, dalam hati
Cuma berbisik, “mereka” -> jeng jeng.... kemudian di pasangan selanjutnya
semakin memantapkan kecurigaanku, di sana ada AINUN yang aku udah curiga
banget, “Ini pasti mau kejutan.” Aku juga shock, kaget nggak berdaya, aku masih
memacu motorku dan menggonceng ibuku dengan hati yang bengong dan melongo,
Ibuku bilang “ Temenmu itu, kamu pulang aja deh, kasihan loh mereka, Ibu biar foto sendiri.” Awalnya pikirsnku
masih melayang layang ke sana ke mari, hingga akhirnya Ibuku memukul pundakku
yang membuatku tersadar dan langsung menghentikan motor -> pulang ke rumah
menemui mereka, setelah berjumpa mereka malah teriak teriak histeris, anarkis
dan nggak terima abis “ulang jes ulang jes, kamu nggak boleh tahu dulu, nggak
sureprise kan.” “ kamu nggak tau’o nggak tau’o.” Komen yang lain, demi
menenagkan amarah dan nafsu mereka aku pun berkata “Yaudah deh aku nggak tau,
sumpah aku nggak tahu.” “kamu masuko rumah, kalo udah ada suara kita menyahut
nyahut, kamu baru boleh keluar. Oke.” Okelah aku masuk rumah demi mereka, biar
mereka lega dan nggak merasa sia sia. Di dalam aku nggak punya firasat, batinku
mungkin juga Cuma tiup plus potong lilin. Beberapa menit kemudian, suara mereka
menyahut nyahut, bergema nggak karuan dan bikin nerveous. Beneran dehh, suerr.
Akhirnya aku keluar bak putri yang udah dipanggil panggil rakyatnya menemui
pangeran (?). Langsung deh kue dengan beberapa lilin menerangi malamku dan
menentramkan jiwaku -> alay. “Make a wish make a wish.” Teriak mereka, dan
kayak di TV TV aku beneran make a wish, dan langsung meniup lilinya, tepukan
tangan yang garing benget membahana, seisi RT. Setelah itu dunia terasa gelap,
dan aku udah kayak mai rasa. Semburan tepung tepung yang entah apa namanya,
mengulek mukaku yang masih kaget plus shock, tangan tangan jahil mencabik
mukaku dengan bantuan tepung, dengan ganasnya aku diserang aku tak berdaya, 1
lawan 4, Cuma bisa pasrah dan berdoa semoga ini cepat berakhir. Sempet juga aku
disemprot air langsung dari keran, untungnya temenku ada yang iba, takutnya
malam malam kedinginan -_-. Akhirnya dengan tampang innocent aku berusaha
mendekati roti dan mengulas krimnya dan menghantam ke pakaian mereka. Impas,
walaupun nggak sadis sadis banget akunya.
masih sempet sempetnya action, nggak sadar mukanya udah kayak apaan
♥(>̯┌┐<)•° |
sama neni, saya udah kayak santapan makan malam, hasil karya mereka sump[ah ngalah ngalahin si Farah Quinn, tapi mereka nicenya minta ampun
(˘⌣˘)ε˘`) |
bersama Alfi, Aku, Ainun, Neni
(˘⌣˘)ε˘`) |
Nah ini yang pake jilbab ungu si Resti. kayaknya dia seneng banget kalo aku taklagi cantik seperti sedia kala, puas banget uhh(?)
[¬_ ¬!!] |
Setelah itu, aku
kan lihat kuenya bagus juga, ada cerinya, dalam benak aku udah feeling mau
ambil *licik*, eh temenku ujung ujungnya minta diambilin pisau, aku pending
niatan ku, setelah kembali, kue itu berasa tak indah lagi, cerinya udah lenyap
dan ini semua berkat ainun, arghhh, aku nggak terima. Ya sudah deh langsung
foto foto yang dipimpin oleh Yuneni, dan diikuti oleh saya, Resti, Ainun, dan
Alfi. Saya foto juga udah tak berkutik, mau senyum juga nggak kelihatan
manisnya, ketutupan tepung plus krim juga. Yasudah pasrah tak melawan, tak
berkutik. Cuma bisa jadi yang terjelek di antara temen temenku yang mukanya
msih jelas terlihat.
masih yang terjelek (^人^)
Naasnya Alfi ijin
pulang duluan, rumahnya jauhh dan itu udah malem banget, akhirnya aku
mengijinkanya, yahh alfi nggak ada, nggak asik deh,,,
Tapi kita tetep
nikmatin malam ini dengan heboh kok, dengan guyonan yang masih saja garing dan
kafdang juga nggak mjutu
Akhir malam kita
berpisah, rasanya seneng banget punya cemen cemen yang sebangsa mereka,
menjengkelkan tapi kesanya care banget. Setelah mereka pulang aku masuk ke
dalam rumah dan mendapati kenyataan pahit “Temenmu ke sini ngerayain ultahmu,
ya. Wahh, maaf Ibu lupa kalau kemarin kamu ulang tahun ya.’ <- mama said.
Ibuuu, ke mana aja kemaren anakmu ulang tahun, omigat. Nggak tahu deh ibuku itu
sekedar jahil apa lupa beneran –“
Eh, tadaaa. di usia yang udah 17 tahun aku dapet bonus tambahan buat dompetku *bukanuang*. Lumayan pemberat dompet walau uangnya nggak seberapa
♪┏(・o・)┛♪┗ ( ・o・) ┓♪┏ (・o・) ┛♪┗ (・o・ ) ┓♪┏(・o・)┛♪ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
donor komentar <( ‾▿‾)>