22 Desember 2012

Surat untuk Ibu

Untuk semua Ibu yang ada di Dunia,
Ibu
Hari ini seluruh dunia memuliakanmu, Hari ini seluruh umat mengharumkan namamu. Semua tunduk untuk menghormatimu membaktiksn semua amalmu.

Ibu setiap hari, ketika petang masih membayang, ketika kokok baru saja menyambut esok, kau telah terjaga. Ketika dengkur masih mendengung, nyata engkau telah terbangun. Kau sisihkan waktu lelapmu untuk sepiring semangat anak-anakmu, demi hangatnya secangkir kopi untuk suamimu. Walau terkadang lelahmu memaksa untuk memejamkan matamu, kau pastikan meja makan pagi itu telah terhidang dengan berbagai lauk yang mengisi hangatnya keluargamu. Kau abaikan lelahmu dan kau telah usai penuhi tanggung jawabmu
Ibu walau kadang semua sabda yang kaupersembahkan untuk anakmu, dibalas dengan cacian dan hinaan, kau tetap tegar dan tetap kau elus kesabaranmu untuk menegarkan hatimu. Terkadang banyak dossa yang tertoreh, tanpa kata maafpun kau telah memaafkannya, tanpakata yang terucap, kau telah memahaminya. Bagimu, tidak ada kesalahan anakmu yang tidak bisa dihapuskan. Walau terkadang banyak hal yang membuatmu kecewa, pikiran baikmu selalu mengalahkan semua praduga yang tak baik.

Semua langkah yang kau tempuh, selalu kau utamakan anak anakmu. Kau biarkan mereka melangkah tepat di depanmu. Agar kau dengan leluasa menjaga dan lindungi semua langkah yangmereka tempuh. Tanpa kau memapah, tetap kau mampu mengawasinya. Tanpa kau mengekang, perhatianmu tetap tak terelakan.
Ibu, ketika kerikil kerikil maslah menyandungku, dengan pelukan lembut itu kau menguasai amarahku, mendinginkan hati yang terbudakkan panasnya kemarahan, Jemari lembutmu menaklukan getaran-getaran amarah yang merenggut semua senyumku, Buaianmu mampu menyiramkan kasih, meleburkan masalah yang menghalangi kedamaianku.

Ibu, ketika anakmu terjanggal cobaan yang menjadi sumber kecewamu, dengan lebih tegar kau usap hatiku, menabahkan nuraniku, mendekap tubuhku dan kau sembuhkan semua kecewa yang tengah bersemayam. Walau prestasi tak sepadan, tetap kau bakar bara semangat yang tengah membeku, terbekukan oleh kepatah asaan dan sikap tak percaya. Tetap kau yang lebih tegar dan tetap merasa bangga, walau diri ini sudah tak lagi bangga pada kemampuan yang ada.

Ibu, ketika lemahmu menguasai dirimu, maafkan aku yang masih banyak mengabaikanku. Jemariku belum mampu membalas semua baik budimu, pundakku belum bisa menyandarkan semua sakit lukamu. Belum mampu kubalas seperti yang biaasa kuterima dari mu. Maafkan aku jika egoku masih menguasai inginku untuk membalas semua jasamu. Maafkan aku jika samapi detik ini masih terhitung semua kebanggan yang bisa kupersembahkan

Mungkin hanya inilah anakmu yang selama ini kau banggakan. Yang masih penuh cacat, yang masih jauh dari sempurna, dan inilah anakmu yang masih belum bisa membanggakanmu.
Maafkan aku Ibu. Semua janjiku akan kutunaikan esok ketika masa depan berhasil kuraih. Akan kubawa namamu, mengiringi langkah majuku, agar kau tetap bisa tersenyum bangga melihatku mencari jalan yang cerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

donor komentar <( ‾▿‾)>