4 April 2012

Naik Naik ke Bukit

Asyik asyik, akhhirnya berlibur ke rumah nenek di Caruban. Kira kira udah seabad kali ya nggak bersua dengan satu satunnya orangtuannya orang tuaku yang masih segar bugar menatap nasib walau usia sudah menginjak kepala 6. Mungkin gara gara sok sibuk ngurus ekskul sana sini kali yaa, sampek aku nggak sempet bersua dengan nenekku ini barang sehari. Tapi akhirnya, niatan untuk bernostalgia dengan nenek tersayangku itu akhirnya terealisasi, walaupun hari itu aku juga harus mengorbankan kegiatan ekskul ku yang enggak libur demi mengejar pentas drama bulan Januari mendatang.

Setelah berpikir panjang mengenai keputusan berat yang memaksaku untuk memilih ini, akhirnya aku terpaksa tega meninggalkan rutinitas ekskulku tersayang (heeemmm). Perjalanan via mobil yang menghabiskan waktu 1 jam itu sukses membuat saya mabuk bukan kepalang, mual mual, pusing pusing dan menahan keinginan untuk bermuntah *karena timingnya nggak pas* =>nduessooo ya. Biarin emang aku masih hobi mabuk kok kalau harus menaiki mobil, walau jarak dekatpun juga buklan penghalang untuk tetap menyalurkan penyakit akutku -_-.  Dan akhirnya aku udah sampek di Caruban dengan selamat *no muntah*.

Untungnya cuaca bersahabat banget, nggak panas yang sampek membakar rambut, tapi cukup ramah lah, hanya mendung mendung bersenandung hebat dengan dewa angin yang tengah menjalankan tugasnya. Semiilir angin mendung kesukaanku banget. Rasannya adem, tentrem gitu kalo menikmati nagin angin sore bernuansa mendung sebelum akhirnya hujan membantai bumi tanpa ampun yang kadang juga dihiasi dengan serabut serabhut listrik bernama petir. Nahh, karena anginnya bersahabat banget, aku sama adek adekku (kami bertiga bagaikan trio macan karena cewek semua dan ibaratnya saya adalah tetuannya) bersepakat untuk naik bukit yang jaraknya juga nggak terlalu jauh dengan armada berupa motor matic. Gila ajaaaa, motor matic itu dihuni oleh 3 penumpang dan saya menjadi supirnya (karena saya tetua=>menegaskan). Tapi itu nggak mengurangi semangat kami. Kemudian aku langsung ganti kostum, sweater plus jin abu abu dan tidak lupa menyematkan kerudung pink yang ngejreeng banget, menor banget dehh warnannya. Hehe. Saking rapinnya untuk ukuran berpergian jarak pendek, bulikku sampek bilang gini “hoalahh, we ki meh neng ndi to yes, yes” yang langsung saya respon dengan cengiran ala anak muda (?). Kan, rencanannya aku mau foto foto, kalo nggak pake jilbab, nanti nggak bisa buat foto profil ddi Facebook. Hahaha gitu pikirku.

Setelah finish berdandan dan ganti kostum, langsung deh tancap gas menuju TKP yang katannya anginnya semilir banget. Setelah melalui perjalannan yang berombak dengan batu batu kecil alias kerikil, tibalah kami pada suatu bukit yang pemandangannya Cuma ijo ijo, dan biru biru ala langit langit mendung. Di sana sebenarnya dulu mau dijadikan area perumahan, tapi baru satu rumah yang belum terselesaikan oleh tangan tangan pak tukang, rencana itu hilang entah ke mana muarannya, pembangunan tak lagi dilanjutkan. MUngkin lokasinnya kali ya nggak tepat untuk ukuran sebuah perumahan. Masa di perbukitan, mana itu bukit ada di ujung desa lagi.

Dan untungnya bukit itu bebas dari penyulapan lahan kosong menjadi perumahan perumahan. Itu jadi nilai keuntungan dari gagalnya pembangunan daerah perumahan di sana. Kini, di sana hanya ada beberapa penduduk desa sekitar yang mengembala kambing kambing mereka di sana. Rumputnya msih subur bisa menjadi “spaghetti” bagi segerombolan kambing kambing itu kalii ya. Mereka menikmati banget sajian makan sore mereka. Sementara bagi pengembalannya bisa menjadi waktu tidur sore mereka sembari membiarkan “anak asuh” mereka menikmati mendung mendung sore. Oh, ya pengembala itu ramah banget loo. Aku aja sempet di sapa dan uniknya lgi, beliau beliau tau aku ini anak siapa (biasa, masyarakat desa kan emang ramah dan pengertian banget antar sesamannya) Lengkap dengan kota tempat tinggalku yang kini pula”

Aksi pribadi dan indivudual. kelihatan banget doyannya


Setelah itu,tidak lama setelah mulut ini komat kamit karena takjub, lanjutt ddeh ke rencana semula -> sesi pemotretan. Hahaha. Fotografernya ya kita kita sendiri, modelnya juga kita kita lagi (mumpung ada model nganggur ->angkat kerah). Sumpah yaaaa. Hasilnya nggak mengecewakan, view nya bagus ditunjang dngan model yang mumpuni, rasannya harmonis banget, keseimbangan fotografi. Segala pose udah kita lakuin,. Mulai berguling guling, mencium tanah, berdiri sok akrab, model jelek, model bagus, jongkok jongkok, petik bunga udah semua. Semua pose yang kadang belum terpikirkan. Puasss dehhh.. Apalagi adek adekku juga enjoy banget diajak foto dan disuruh fotoin. Ditambah dengan anginnn yang berhembus dengan kuatnya yang membuat kerudungku berdiri nggak eksis, sehingga di foto justru terlihat lucu dan alami (ngakakkkk). Anginnya asoy deh, ditambah hamparan saawah yang mulai bersemi. Indah banget lah sore hariku kala itu :D
sampek mau lagi mau lagi deh ke sana buat foto foto lagi
~(˘.˘~) ~(˘.˘)~ (~˘.˘)~

Maaf lebai, abaikan saja. Efek kebahagiaan sesaat (•ˆ⌣ˆ•)

ini sesi sama sepupu sepupu aku yang masih SMP namannya Welda (kiri) sama SD namannya Inggan
kita kayak satu generasi banget yah *lupaumur*

(◦˘⌣˘◦)εˇ )



dengan berbagai ekspresi yang galau dan nggak jelas. Yaudah, usaha (aksi) aja dulu untuk hasil urusan belakang. haha
(◦˘⌣˘◦)εˇ )

 

kayak mupeng banget gitu yah sama bunga orang
ˆ⌣ˆ


Guling guling nggak tahu gaya apaan, tujuannya apaan, nggak tahu deh (┌_┐)

 Ohhh tidakkkk. ekspresi rada galau

 
Penutup, maaf kalau kebanyakan warna pink yang ngejreng banget, maklum aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

donor komentar <( ‾▿‾)>