29 November 2011

Di Gudang Sekolah

Hari ini sekolah tampak sepi ditinggal adik adik berkemah. Seperti biasa, itu takkan mengubah hari hari efektif kakak kakak kelas mereka yang harus tetap menguras energy melawan terjangan mata pelajaran yang seakan berjalan normal, tak ada perubahan  dan tak ada ampun. -___-
Hari hariku pun juga tak berubah banyak, hanya saja, hari ini hari Jumat, yang seharusnya ada ekskul untuk adik adik kelas 10 dan juga kelas 11 menjadi libur total (untuk kelas 10) kalo kelas 11 biasa, langsung gas pol lagi sebagai pengurus, mempersiapkan segala hal yang harus dipersiapkan. Capekk
-____-
Pulang ddari ekskul seperti biasa juga, pukul 18.00 atau sesaat setelah adzan maghrib berkumandang. Hari ini yang dating lumayan sedikit. Empat orang. Gilaaaaa! Yang lain ‘nangsang’ di mana? Yang dating aja molor, yang gak dating apalagi -_____- Ruangan hanya berpenghuni 4 orang (sekali lagi),  ada Saya (sebut saja Jessica => emang nama saya =>payah :o) Solek atau biasanya sih dipanggil Ntush (ceritannya panjang) Rochadi dan Ajeng. Kami dengan semangat tanpa kendur berdiskusi dengan semangat dan sampai kaget waktu adzan maghrib berkumandang. Akhirnya kamipun memutuskan untuk pulang *secara juga gak mau jadi Bapak dan Ibu bon sekolah* namun…. Jeng jeng… ada suatu gejaala pada satu orang di antaraa kami yang selalu terulang lagi dan lagi. Siapa lagi kalau bukan solek yang masih meninggalkan motornya di Gudang sekolah. Gilaaa. Padahal sudah berkali kali penjaga gudang ngomel gara gara masih ada satu motor yang seperti kehilangan pemilik untuk memindahkan *pasti bisa nebak motor siapa* iyalah, motornya solek. Dasar anak bandel bangettttt! *cubit si solek*
Awalnya aku gak peduli dan langsung pasang helm bersiap mau pulang, ehhh, tau tau kaki rasannya berat banget buat gerak, kayak ada yang pegangin tandannya aku gak boleh pulangg. Merinding secara sudah maghrib juga, sekolah sudah sepi, kecuali anak paskib yang masih juga stay di sekolah. Setelah mengumpulkan keberanian buat menengok ke bawah, ternyata jeng jeng…. Si solek udah berada di bawah sana dengan wajah memelasnya, tangannya memeluk kaki saya dengan kuatnya (kejadian lebai hasil ilustrasi) berharap bantuan saya yang sudah saya firasatkan sedari tadi. Dengan sepenuh hati saya menolak, bukan karena takut (ceilah gaya banget) tapi karena saya kan cewek, kalo gelap juga rasanya gak berani (tiengg, sama aja takut) akhirnya kuputar otak untuk mencari jalan keluar yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak (baca Solek vs Jessica). Setelah detik detik berlalu akhirnya saya dapat ide untuk memanfaatkan rochadi, si cowok yang baik banget (hueek) dan melibatkannya dalam situasi ini. “Karo Rochadi ae lek!” celetuk saya kala itu *senyum devil* tapi tak dinyana dan tak disangka, si Rochadi mengelak dengan “saya” sebagai alasannya. Begini katannya dengan polosnya “Karo Jessica kae lho” asemmm, bola dilempar ke saya lagi, skor 1-1. Kemudian si Solek tawar menawar ceritannya, “Yowes, ayo cah 3 pisan ae bareng bareng” => dengan senyum tanpa dosa yang saya benci buangett karena senyum itu selalu menjadi senjatannya untuk merayu (baca rayuan tipu daya) Tapi setelah mengoceh ngalor ngidul kesimpulannya sama dengan keadaan awal => saya jua yang menemaninnya masuk ke gudang -_-

Dengan keberanian yang terkesan dipaksakan saya memimpin ekspedisi *ceilehh* dengan Solek berada pada boncengan motor saya (padahal motornya siapa yang tertekan siapa). Kami pun melewati 7 samudra dan menghabiskan waktu 2 kali Ramadhan untuk mencapai Gudang sekolah (padahal gudang sekolah hanya tinggal nyebrang) wkwkwk => korban lebai. Kami pun sampai di depan gerbang sebelum masuk ke gudang, dan posisinnya itu tertutup rapat. Dengan pose galak, kusuruh solek  turun dan membuka gerbang dulu. Tik tik tik masih aman hingga tiba tiba wajah solek berubah pasi  gitu. Gak tau aku apa yang sebenarnya terjadi. “Jess, gerbange wes digembok. Loh loh piye ki” gayannya bingung sendiri kayak cacing kepanasan padahal aku aja juga panic (-_-) “Mosok?? Sumpah we??” begitu responku, tak kalah panic sama si solek, secara saya ikut nanggung nasib si cucu Adam ini. Posisi saya saat itu masih duduk manis di motor dan akhirnya terpaksa turun untuk membantu si clurut satu itu. -_-

Saya melihat sih kayaknya gemboknya itu posisinnya Cuma numpang di atasnnya tanpa mengikat gembok,  jadi kan masih bisa dibuka. Sejurus kemudian “huh, gak dikunci, Lek. Nggarai kaget wae!!!” pose saya seperti anjing yang menyalak tanda marah marah =>gimana gak marah, dibikin sport jantung broo. “ Yo sepurane to, gak ketok. Hehe” (senyum itu ada lagi) dasar alibi!!!

AKhirnya kami masuk ke gudang diiringi suara panic (lagi lagi solek) “jess, enteni to. Ojo ninggal. Juh juh enteni to. Koncone bingung barang mbok dienteni.” wahahaha bikin ngakak deh. Padahal masih ada 1 motor lagi loh yang di gudang, batinku “ohh, ini siapa lagi? Kok yo enek”
Akhirnya kami keluar dari gudang dengan suasanna hati yang masih tertekan, namun sudah berkurang kadarnya. Akhirnya sebentar lagi bisa pulang =>> pikir saya, eh ternyata suarannya solek masih mengganggu hidup sya senja itu. Saat mau nyebrang (posisi di tengah jalan) ia nyuruh aku berhenti katannya penting “Laptopku mau wes tak lebokne gung ya?” dengan bersungut sungut saya ngomel ngomel lagi tanpa ampun “Ya Alloh lek!! Teledor beudd (jurus alay keluar) sih we kiiii :@. Delok sek neng tas cepett” sejurus kemudian ia mengecek tasnya dan laptopnya negative tertinggal. Sumpahhh ngelus dada banget sama si Solek. AKhirnya berakhir sudah cerita cerita tegang dan menguras emosi bersama si Solek. Saya bisa pulang dengan ketegangan ketegangan yang masih belum hilang -____-


@jessicarahma_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

donor komentar <( ‾▿‾)>